golekinfo | Batam — Sebuah acara bertajuk “Klarifikasi Pers” yang digelar di Swiss-Belhotel Harbour Bay, Batam, Kepulauan Riau (14/06), berubah menjadi ajang kericuhan dan diduga sebagai bentuk intimidasi terhadap salah satu jurnalis senior. Wartawan Marganas Nainggolan menyatakan dirinya dijebak dalam forum yang awalnya dimaksudkan sebagai ruang diskusi antar sesama wartawan.
Dalam konferensi pers di kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Batam, Sabtu malam, Marganas mengaku menyaksikan langsung kerusuhan saat acara berlangsung. Ia menuding Ketua PWI Batam, M Khafi Ashary, menjadi korban pengeroyokan saat proses evakuasi keluar ruangan.
Dugaan Jebakan dan Atmosfer Tidak Sehat
Marganas mengungkapkan, awalnya ia dihubungi oleh seseorang bernama Ali Saragih, yang mengaku wartawan dari hallopost.com, melalui WhatsApp. Ali dan rekan-rekannya mengaku merasa terpojok oleh pemberitaan belakangan ini dan memohon bantuannya untuk mempertemukan mereka dengan Khafi. Dengan niat membantu sesama jurnalis, Marganas bersedia memfasilitasi pertemuan tersebut.
“Awalnya saya anggap ini sebagai bentuk solidaritas antar wartawan. Saya membantu memfasilitasi dan hadir bersama Khafi sebagai pribadi, bukan sebagai perwakilan organisasi,” katanya.
Namun, suasana forum yang seharusnya menjadi ruang diskusi justru memanas sejak awal. Marganas menyebut, alih-alih berdiskusi, peserta malah melontarkan pertanyaan dan caci maki keras yang memicu ketegangan. Materi Khafi mengenai pentingnya sertifikasi wartawan justru memicu reaksi keras dari peserta, hingga suasana semakin memanas.
Situasi Memanas dan Kekerasan Fisik
Marganas menegaskan, kericuhan mencapai puncaknya saat Khafi hendak dievakuasi keluar ruangan. Ia menyebut, saat proses evakuasi, Khafi diduga dikeroyok, bahkan ada yang melakukan kekerasan fisik. Selain Khafi, anggota PWI lainnya, Faisal, juga menjadi korban saat berusaha melindungi Khafi. Ia mengalami cedera pada kaki dan kini menjalani visum.
“Kalau forum ini benar-benar dihadiri wartawan yang berintegritas, kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Tapi kalau diundang dan malah dijebak, itu bukan diskusi, melainkan premanisme,” tegas Marganas.
Tanggapan dari PWI dan Penegasan Profesionalisme
Ketua PWI Kepri, Saibansah Dardani, menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah bermaksud mendiskreditkan wartawan dari media yang belum terverifikasi Dewan Pers maupun yang belum mengikuti uji kompetensi. Ia menegaskan perlunya ketegasan terhadap oknum yang menyalahgunakan profesi untuk tindakan pemerasan dan intimidasi.
“Tidak semua wartawan seperti itu. Tapi jika ada dugaan tindakan premanisme, apalagi terhadap guru dan pihak sekolah, harus ada klarifikasi dan evaluasi. Kita tidak boleh membiarkan profesi ini dirusak segelintir orang,” ujar Saiban saat dihubungi.
Aksi dan Harapan
Insiden kericuhan ini menimbulkan keprihatinan di kalangan insan pers di Batam dan Kepri. PWI berharap kejadian ini menjadi perhatian serius untuk menegakkan kode etik dan profesionalisme wartawan. Mereka juga mengingatkan pentingnya menjaga independensi dan integritas dalam menjalankan tugas jurnalistik, serta menolak segala bentuk intimidasi dan kekerasan.
Sampai berita ini diturunkan, pihak kepolisian maupun organisasi wartawan masih melakukan penyelidikan terkait insiden tersebut.
Posting Komentar
0Komentar