Kegiatan yang digelar di depan Masjid Agung Demak itu berlangsung khidmat. Dalam sambutannya, Ahmad Riza Patria menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyelenggarakan kegiatan doa bersama ini. Ia menyebut kehadiran para ulama dan santri sebagai pewaris perjuangan Walisongo dan penjaga moral spiritual bangsa.
“Saya merasa terhormat bisa berada di tengah panjenengan semua, para penjaga spiritual bangsa. Doa-doa para ulama adalah benteng negeri dari segala marabahaya,” ujar Riza Patria.
Dalam pidatonya, ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pesantren, terutama dalam membangun desa. Menurutnya, pesantren tidak hanya menjadi tempat menuntut ilmu, tetapi juga agen moral dan ekonomi bagi masyarakat desa.
“Santri adalah kekuatan dari bawah yang harus terus diberdayakan. Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran besar pesantren,” katanya.
Ahmad Riza juga menyinggung soal krisis global dan ketidakpastian yang dihadapi bangsa saat ini. Ia menyatakan bahwa selain usaha lahiriah, bangsa ini membutuhkan kekuatan batin berupa doa dan bimbingan dari para ulama agar para pemimpin dapat terus istiqamah dan amanah dalam menjalankan tugas.
Acara Istighosah Merah Putih ditutup dengan pembacaan doa bersama untuk keselamatan dan kemakmuran bangsa. Dalam suasana penuh haru, para peserta menadahkan tangan, berharap Indonesia tetap menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi, tenteram dan sejahtera.
“Perjuangan bangsa ini tidak lepas dari pengorbanan para ulama dan santri. Kini tugas kita menjaga dan melanjutkan perjuangan itu demi Indonesia yang adil, makmur, dan bermartabat,” pungkasnya.
Reporter: Aris H
Posting Komentar
0Komentar